ACARA KEDUK BEJIAcara Keduk Beji biasanya di lakukan setahun sekali pada hari selasa kliwon. Acara ini dilakukan untuk membersihkan sendang dari kotoran daun-daun,batu atau lumpur yang terdapat di sendang. Acara ini diadakan di Desa Tawun,Kec.Kasreman,Kab.Ngawi. Acara ini dijadikan Ikon Wisata budaya Kota Ngawi. Acara ini hanya di lakukan oleh kaum laki-laki yang berada di sumber air beji dan melakukan tradisi saling pukul dengan ranting yang diiringi tabuhan gendang.
Galeri Tawun
Kamis, 12 Desember 2019
Keduk Beji
Rabu, 26 April 2017
WISATA
Di desa tawun mempunyai wisata yang
sangat memuaskan dan tidak bikin kecewa. Di Tawun mempunyai 5 wisata
yaitu kolam bulus&ikan,taman bermain anak-anak,kolam renang, bebek
cinta dan keduk bedji. Berikut gambar wisata tawun
1. Kolam Ikan dan Bulus
Di sini terdapat bulus&ikan yang
sangat banyak. Dan juga terdapat 5 kelinci yang berkeliaran di rumput.
Dan kolam ikan ini juga dapat di buat photo-photo(HUNTING)
2. Taman bermain anak-anak
Di sini ada 5 wahana untuk bermain anak-anak yang aman untuk di jalankan
3. kolam renang
Di Taman Wisata Tawun mempunyai 3 kolam renang 1 kolam renang dewasa dan 2 kolam renang anak-anak
4.Bebek cinta
Di taman wisata Tawun juga menyediakan area untuk bersantai buat orang dewasa
5.Keduk Bedji
Keduk Bedji adalah ritual tahunan yang
dilaksanakan oleh semua warga DesaTawun,keduk bedji di laksanakan pada
selasa kliwon 1x setahun. Sendang Tawun tidak hanya menjadi lokasi
ritual, namun kini juga sebagai salah satu obyek wisata permandian
andalan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Selain wisata ritual Duk Beji,
Wisata Tawun juga memilik keunggulan sebagai lokasi berkembang biaknya
habitat bulus jawa (menyerupai kura-kura, namun batok penampangnya
lebih besar).
asal usul desa tawun
ASAL USUL DESA TAWUN DAN SENDANG TAWUN
Legenda Duk Beji bermula pada abad ke-15. Sahibul
hikayah, Ki Ageng Tawun (disebut pula Ki Ageng Mentaun) menemukan
sendang atau mata air yang kemudian dinamai Sendang Tawun. Di sekitar
sendang (telaga) itu Ki Ageng Tawun dan istri menetap hingga dikarunai
dua anak, yaitu Raden Lodrojoyo dan Raden Hascaryo. Keduanya memiliki
kegemaran berbeda. Raden Lodrojoyo lebih suka bertani, sedangkan Raden
Hascaryo lebih mendalami ilmu kanuragan dan berguru kepada Raden
Sinorowito (putra Kesultanan Pajang).
Raden Hascaryo lantas diangkat menjadi senapati (panglima perang).
Menyadari tanggung jawab berat yang dipikul Raden Hascaryo, Ki Ageng
Tawun memutuskan memberikan pusaka andalannya berupa selendang bernama
Kyai Cinde sebagai bekal saat anaknya itu terlibat dalam peperangan
antara Pajang dan Blambangan. Di sisi lain, Raden Lodrojoyo memilih
hidup bersahaja dan selalu dekat dengan rakyat kecil.
Keinginannya yang cukup kuat untuk kepentingan warga adalah bagaimana
menjadikan mata sir Sendang Tawun tidak pernah habis dan berhenti
mengaliri sawah sawah warga meskipun pada musim kemarau panjang. Suatu
hari, tepatnya Jumat Legi, setelah memohon izin ayahnya, Raden
Lodrojoyo bersemedi dengan tapa kungkum (bertapa sambil berendam dalam
air) di Sendang Tawun memohon petunjuk Yang Maha Kuasa agar diberi
kemudahan membantu warga yang kebanyakan kaum petani. Tengah malam saat
menjalani tapa kungkum, Raden Lodrojoyo dikagetkan oleh suara ledakan
menggelegar.
Warga juga kaget dan berhamburan ke luar rumah. Mereka
berbondong-bondong menuju ke sendang, asal ledakan, tapi kemudian kaget
bukan kepalang. Mata mereka terbelalak sambil penuh keheranan
menyaksikan Sendang Tawun telah berpindah tempat ke sebelah utara
dengan posisi yang lebih tinggi dibandingkan areal persawahan warga.
Tak ayal, air sendang itu pun deras mengaliri sawah-sawah warga.
Ketika warga bersukacita menyaksikan areal sawahnya
teraliri dan tidak lagi cemas kekeringan di musim kemarau, justru saat
itu keberadaan Raden Lodrojoyo raib tidak ditemukan. Air di sendang
dikurasnya hingga dasarnya tampak. Namun, jasad Raden Lodrojoyo tidak
pernah ditemukan.
Meski demikian, warga terus mencarinya hingga menginjak hari Selasa
Kliwon. Masih juga jasadsang raden tidak didapatinya.Untuk mengenang
kejadian dan jasa RadenLodrojoyo, hingga kini setiap tahun di
TamanWisata Tawun selalu diadakan ritual bersih desa, tepatnya bersih
sendang, selalu pada Selasa Kliwon.
Sendang Tawun tidak hanya
menjadi lokasi ritual, namun kini juga sebagai salah satu obyek wisata
permandian andalan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Selain wisata ritual Duk
Beji, Wisata Tawun juga memilik keunggulan sebagai lokasi berkembang
biaknya habitat bulus jawa (menyerupai kura-kura, namun batok
penampangnya lebih besar).Seperti disebutkan situs Sinar Ngawi, legenda
menyebutkan bulus jawa itu merupakan nenek moyang penduduk setempat
Selasa, 25 April 2017
SEJARAH TAWUN
SEJARAH SENDANG TAWUN
Pada abad ke-15 di daerah Padas, seorang pengembara bernama Ki Ageng Metawun menemukan sebuah sendang, yang hingga sekarang sendang tersebut dinamakan SENDANG TAWUN.
Ki Ageng Metawun dikaruniai dua orang anak laki-laki bernama Raden Lodrojoyo dan Raden Hascaryo.
Raden Hascaryo mendalami ilmu
ketatanegaraan dan mengabdi di Kesultanan Pajang. Sementara Raden
Lodrojoyo mendalami ilmu pertanian.
Pada hari Kamis Kliwon Raden Lodrojoyo melakukan semedi MATIRTO LODRO berendam di Sendang Tawun agar diberi sumber air yang cukup untuk pertanian.
Lima hari kemudian tepatnya hari Selasa Kliwon
Raden Lodrojoyo hilang dari persemediannya. Akhirnya Ki Ageng Metawun
beserta masyarakat menguras sendang untuk mencari Raden Lodrojoyo.
Setelah air sendang tersebut dikuras sampai bersih, keberadaan Raden Lodrojoyo tetap tidak ditemukan.
Sehingga untuk mengenang dan menghormati
pengorbanan Raden Lodrojoyo, setahun sekali warga setempat selalu
mengadakan tradisi adat secara turun-temurun atau yang dikenal Keduk Beji.
ini video keduk bedj ipada tahun 2016
ini video keduk bedj ipada tahun 2016
Langganan:
Postingan (Atom)